Darah di Mandoge: Sengketa Lahan Memanas, Petani Dianiaya Preman Bayaran dalam Demo 16 Agustus 2025
Table of Contents
Tayang: Rabu, 16 Agustus 2025 14:03 WIB Baca tanpa iklan
Penulis: Revandy, Jurnalis Muda
Editor: Kevin Syaputra
![]() |
| Aksi Demo
|
Latar Belakang Sengketa Lahan Mandoge
Sengketa lahan di Mandoge, Asahan, Sumatera Utara, selama ini dianggap sepi oleh banyak pihak, padahal sebenarnya menjadi medan pertempuran tajam antara petani warisan turun-temurun dan perusahaan yang mengklaim izin resmi. Petani menegaskan tanah itu milik leluhur mereka yang telah digarap puluhan tahun, sementara perusahaan tetap bersikeras menguasai lahan dengan mengandalkan dokumen legalitas yang mereka miliki.
Demo Petani Sebelum Hari Kemerdekaan
Pada pagi 16 Agustus 2025, sehari sebelum perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia, petani Mandoge menggelar aksi damai di lokasi sengketa. Mereka membawa spanduk dan menuntut keadilan dari pemerintah daerah serta aparat keamanan yang hadir untuk memastikan demo tetap aman.
Serangan Preman Bayaran
Namun, suasana damai pecah menjadi kekerasan. Sekelompok preman yang diduga dibayar pihak perusahaan tiba-tiba menyerang para petani. Akibatnya, beberapa petani mengalami luka parah, bahkan beberapa harus dilarikan ke rumah sakit. Lahan yang seharusnya menjadi sumber hidup berubah menjadi arena kekerasan yang memprihatinkan.
Dampak Sosial dan Media
Berita kekerasan ini viral di media sosial, tetapi ironisnya, nyaris tak tersentuh media mainstream. Organisasi petani dan aktivis HAM mendesak aparat hukum untuk segera bertindak tegas, mengusut tuntas siapa dalang di balik penganiayaan ini, dan memberikan perlindungan bagi para petani yang selama ini terpinggirkan.
Upaya Mediasi Pemerintah
Pemerintah daerah membentuk tim mediasi untuk menjembatani kedua kubu yang telah retak hubungan dan kepercayaannya. Meski demikian, negosiasi sulit berjalan karena konflik kepentingan antara bisnis dan hak petani masih belum terselesaikan, meninggalkan ketidakpastian dan keresahan di lapangan.
Kasus Ini Bukan Sekadar Sengketa Lahan
Kasus di Mandoge mencerminkan bagaimana kekuasaan dan uang dapat mengorbankan kehidupan rakyat kecil. Hingga kini, akibat penganiayaan dan ketegangan yang belum terselesaikan, Mandoge menjadi simbol perjuangan petani mempertahankan hidup mereka dari tekanan pihak-pihak yang memiliki kekuatan besar.
Pentingnya Partisipasi Masyarakat
Masyarakat desa dianjurkan aktif mengawasi penggunaan lahan dan hak-hak mereka, serta meminta transparansi dari pihak berwenang. Keterlibatan masyarakat dapat membantu menekan praktik-praktik yang merugikan dan memastikan hak-hak petani terlindungi.
Perlindungan Hukum dan Penegakan Keadilan
Aparat hukum diharapkan menindak tegas pelaku penganiayaan agar memberikan efek jera. Setiap tindakan kekerasan yang mengorbankan rakyat kecil harus diusut hingga tuntas dan pelaku diproses sesuai hukum yang berlaku. Keadilan dan transparansi menjadi kunci agar masyarakat dapat hidup aman dan sejahtera.
