PWNU se-Indonesia Tegas Dukung Gus Yahya, Dinamika Internal PBNU Menguat Setelah Surat Permintaan Mundur

Table of Contents

 

PWNU se-Indonesia Tegas Dukung Gus Yahya, Dinamika Internal PBNU Menguat Setelah Surat Permintaan Mundur



Dinamika internal di tubuh Nahdlatul Ulama (NU) kembali menjadi sorotan nasional setelah beredarnya surat resmi Rapat Harian Syuriyah PBNU yang meminta Ketua Umum PBNU, Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya, untuk mengundurkan diri. Surat tersebut berisi tenggat waktu tiga hari bagi Gus Yahya untuk menyerahkan jabatan, dan jika tidak dilakukan, Syuriyah menyatakan akan mengambil langkah pemberhentian secara formal.


Menanggapi desakan tersebut, Gus Yahya menegaskan bahwa dirinya tidak memiliki alasan untuk mundur dari jabatan yang diamanahkan melalui Muktamar NU. Ia menyatakan bahwa Rapat Harian Syuriyah PBNU tidak memiliki kewenangan untuk memberhentikan Ketua Umum menurut ketentuan AD/ART organisasi, sehingga surat permintaan mundur itu dianggap tidak berlandaskan prosedur yang sah.


Situasi tersebut kemudian berlanjut dengan dilaksanakannya rapat koordinasi para ketua Pengurus Wilayah NU (PWNU) dari berbagai provinsi di Surabaya. Rapat intensif yang berlangsung selama lebih dari lima jam itu menghasilkan sikap tegas bahwa mereka tidak menginginkan Gus Yahya mundur dari jabatan sebagai Ketua Umum PBNU.


Dalam pernyataannya setelah rapat, Gus Yahya mengungkapkan bahwa mayoritas PWNU justru mendesak agar ia tetap memimpin hingga akhir masa jabatan. Para ketua wilayah menyatakan bahwa pengunduran diri secara tiba-tiba akan menimbulkan kekecewaan di kalangan pengurus daerah yang sebelumnya memilih dan mempercayakan mandat kepemimpinan kepada Gus Yahya.


Selain dukungan, rapat PWNU juga menyoroti perlunya konsolidasi internal yang lebih menyeluruh agar seluruh unsur pengurus memiliki pemahaman yang utuh mengenai dinamika yang sedang berlangsung. Para pengurus wilayah menilai banyak informasi yang beredar di publik belum sepenuhnya sesuai fakta, sehingga diperlukan klarifikasi berjenjang agar tidak terjadi kesalahpahaman di lingkungan kader maupun warga NU.


Meski sebagian besar PWNU menyatakan sikap mendukung, absennya beberapa pengurus wilayah pada rapat tersebut menunjukkan bahwa pandangan mengenai konflik ini belum sepenuhnya seragam. Hal ini menjadi perhatian tersendiri karena perbedaan sikap antar wilayah berpotensi memengaruhi stabilitas organisasi jika tidak segera ditangani melalui mekanisme dialog resmi.


Sejauh ini belum ada pengumuman resmi terkait langkah berikutnya dari Syuriyah PBNU setelah penolakan Gus Yahya untuk mundur. Para pengamat menilai bahwa kelanjutan dinamika ini akan sangat bergantung pada komunikasi internal antara struktur Syuriyah, PBNU, dan PWNU. Jika tercapai kesepahaman, organisasi diperkirakan akan kembali solid, namun jika tidak, tidak tertutup kemungkinan akan muncul wacana forum penyelesaian tingkat tinggi seperti musyawarah luar biasa.


Post a Comment